Gejolak Tarif Trump Jadi Faktor Utama yang Mengguncang Pasar Kripto Sepanjang Tahun Ini
Tahun 2025 menjadi periode yang penuh dinamika bagi pasar aset kripto global. Alih-alih menikmati reli berkelanjutan, pasar justru diwarnai tekanan hebat yang membuat banyak aset digital, termasuk Bitcoin (BTC), harus mengakhiri tahun dalam kondisi melemah. Salah satu faktor eksternal yang paling berpengaruh dalam tekanan tersebut adalah kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Berdasarkan data CoinMarketCap per Selasa (30/12), harga Bitcoin berada di kisaran US$87.700, mencerminkan penurunan tahunan sekitar 6,2%. Meski volatilitas merupakan karakter alami pasar kripto, sejumlah analis menilai bahwa isu tarif dan ketegangan dagang global menjadi katalis terbesar yang mempercepat tekanan jual sepanjang tahun ini.
Tarif Perdagangan Jadi Pemicu Guncangan Pasar
Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Trump bukanlah hal baru bagi pasar keuangan global. Namun, intensitas dan skala ancaman tarif yang kembali mencuat tahun ini memberikan dampak signifikan, tidak hanya pada pasar saham dan komoditas, tetapi juga pada aset kripto.
Ancaman pengenaan tarif tinggi terhadap China, serta negara mitra dagang utama lainnya, memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global. Dalam situasi tersebut, investor cenderung menghindari aset berisiko tinggi, termasuk kripto, dan memilih instrumen yang dianggap lebih aman.
Bitcoin, yang kerap diposisikan sebagai aset lindung nilai alternatif, justru ikut tertekan karena sentimen risk-off yang meluas di pasar global.
Likuidasi Besar-Besaran Pecah Rekor
Salah satu momen paling dramatis dalam perjalanan pasar kripto tahun ini terjadi pada Sabtu, 11 Oktober. Pada hari tersebut, pasar kripto mencatat total likuidasi mencapai US$19,16 miliar, atau setara dengan sekitar Rp317,22 triliun dalam kurun waktu 24 jam.
Angka ini menjadikannya likuidasi terbesar dalam sejarah pasar kripto. Jutaan trader, baik ritel maupun profesional, mengalami likuidasi posisi secara serentak, terutama pada instrumen derivatif seperti futures dan perpetual contracts.
Pemicu utama dari peristiwa ini adalah pernyataan keras Presiden Trump yang kembali mengancam penerapan tarif luar biasa terhadap China, yang memicu kepanikan pasar secara global. Ketidakpastian yang muncul secara tiba-tiba membuat harga aset kripto anjlok dalam waktu singkat, memicu gelombang margin call dan forced liquidation.
Dampak Awal Terasa Sejak Awal Tahun
Drama tarif perdagangan Amerika Serikat sebenarnya sudah membayangi pasar kripto sejak awal tahun. Salah satu contoh nyata terjadi pada 25 Februari, ketika Trump secara resmi mengumumkan pengenaan tarif sebesar 25% terhadap Kanada dan China.
Keputusan tersebut langsung memicu reaksi keras dari pasar keuangan, termasuk kripto. Dalam waktu singkat, pasar aset digital mengalami likuidasi sekitar Rp22 triliun, mencerminkan tingginya sensitivitas pasar terhadap kebijakan geopolitik dan perdagangan internasional.
Peristiwa ini menjadi sinyal awal bahwa pasar kripto sepanjang tahun 2025 akan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, khususnya keputusan politik dan ekonomi dari negara-negara besar.
Bitcoin Tertekan, Altcoin Lebih Rentan
Sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin memang menjadi pusat perhatian. Namun, tekanan yang terjadi tidak hanya berdampak pada BTC. Banyak altcoin justru mengalami penurunan yang lebih dalam, seiring dengan likuidasi besar-besaran di pasar derivatif.
Ketika harga Bitcoin melemah, investor cenderung melepas aset dengan risiko lebih tinggi terlebih dahulu. Akibatnya, volatilitas altcoin meningkat tajam, memperparah kondisi pasar secara keseluruhan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ekosistem kripto semakin matang, pasar masih sangat rentan terhadap guncangan sentimen global.
Sentimen Global Lebih Dominan dari Fundamental
Menariknya, tekanan harga Bitcoin tahun ini terjadi meskipun tidak ada perubahan signifikan pada fundamental jaringan. Aktivitas on-chain, adopsi institusional, serta pengembangan infrastruktur blockchain tetap berjalan relatif stabil.
Namun, sentimen global yang dipicu oleh isu tarif perdagangan dan potensi perang dagang berskala besar terbukti lebih dominan dalam memengaruhi pergerakan harga jangka pendek. Hal ini menegaskan bahwa pasar kripto belum sepenuhnya terlepas dari dinamika ekonomi makro dunia.
Reaksi Investor dan Pelaku Pasar
Gelombang likuidasi besar-besaran membuat banyak investor mengevaluasi kembali strategi perdagangan mereka. Penggunaan leverage tinggi menjadi sorotan utama, karena terbukti memperbesar risiko ketika volatilitas meningkat secara ekstrem.
Bagi investor jangka panjang, tekanan harga ini justru dipandang sebagai fase konsolidasi alami dalam siklus pasar. Sementara itu, trader jangka pendek harus menghadapi tantangan besar akibat pergerakan harga yang cepat dan tidak terduga.
Pelajaran Penting bagi Pasar Kripto
Peristiwa sepanjang tahun ini memberikan sejumlah pelajaran penting bagi pelaku pasar kripto, khususnya di Indonesia. Pertama, kebijakan geopolitik dan perdagangan global memiliki pengaruh nyata terhadap pasar aset digital.
Kedua, penggunaan leverage yang berlebihan dapat menjadi pedang bermata dua, terutama dalam kondisi pasar yang dipenuhi ketidakpastian. Ketiga, manajemen risiko menjadi aspek krusial yang tidak boleh diabaikan, baik oleh trader pemula maupun berpengalaman.
Menatap Tahun Berikutnya
Meski tahun ini diwarnai tekanan berat, banyak pelaku pasar tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang kripto. Sejarah menunjukkan bahwa pasar aset digital kerap mengalami fase koreksi tajam sebelum kembali menemukan momentumnya.
Namun, ke depan, investor diharapkan lebih memperhatikan faktor eksternal seperti kebijakan moneter, geopolitik, dan perdagangan internasional, yang terbukti mampu menjadi katalis besar bagi pergerakan pasar kripto.
Kesimpulan
Penurunan Bitcoin sekitar 6,2% sepanjang tahun 2025 tidak dapat dilepaskan dari dampak kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Ancaman dan penerapan tarif terhadap negara mitra dagang utama telah memicu ketidakpastian global, yang berujung pada likuidasi terbesar dalam sejarah pasar kripto.
Drama tarif yang terjadi sejak awal tahun hingga Oktober menjadi pengingat bahwa pasar kripto masih sangat dipengaruhi oleh sentimen makroekonomi. Bagi investor kripto Indonesia, memahami konteks global dan menerapkan manajemen risiko yang matang menjadi kunci dalam menghadapi volatilitas pasar ke depan.
Disclaimer: Not Financial Advice (NFA). Do Your Own Research (DYOR).
Komentar
Posting Komentar